Memperhatikan Penampilan Anak
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen
Memperhatikan Penampilan Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 1 Safar 1444 H / 29 Agustus 2022 M.
Kajian Tentang Memperhatikan Penampilan Anak
Mungkin pertama kali membaca judul ini, ada sebagian dari jama’ah yang mengira bahwa kita akan banyak mengkaji tentang estetika/keindahan penampilan. Walaupun keindahan penampilan itu penting, tapi bukan itu yang akan kita bahas. Karena ada poin yang lebih penting tentang penampilan.
Pertama, penampilan lahiriyah (yang tampak) dari seseorang adalah cermin dari pemahaman yang dianutnya. Sehingga ketika ada orang mempunyai penampilan yang dicat, tubuhnya penuh dengan tatto, hidungnya diberikan anting-anting, yang terbesit di benak kita bahwa dia adalah orang yang tidak baik.
Ketika ada orang pakai kalung salib, maka dengan cepat kita bisa mengetahui bahwa dirinya adalah seorang yang beragama nasrani.
Ketika ada wanita mengenakan jilbab, maka dengan cepat kita bisa menilai bahwa dia adalah muslimah.
Jadi penampilan lahiriyah itu penting. Sehingga jangan sampai kita mengatakan “Apalah arti sebuah pakaian/penampilan”. Penampilan adalah potret dari keyakinan seseorang. Sehingga kita harus memperhatikan bagaimana supaya penampilan kita ini sesuai dengan ajaran agama kita. Sehingga orang lain tidak berburuk sangka kepada kita.
Yang dilihat oleh orang lain adalah penampilan luar, adapun isi hati yang tahu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena penampilan adalah cermin dari keyakinan dan ideologi yang dianut seseorang, maka orang tua punya kewajiban sejak dini untuk memperhatikan penampilan putra-putrinya. Mulai dari gaya cukuran rambutnya, model pakaiannya, begitu pula tutur kata, prilaku dan gerak-geriknya.
Walaupun masih kecil, itu bukan alasan untuk membiarkan anak melakukan perilaku negatif. Justru mumpung masih kecil maka kita biasakan memiliki penampilan yang baik. karena membiasakan sesuatu saat kecil lebih mudah daripada mengubah kebiasaan yang sudah terlanjur dilakukan bertahun-tahun.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat memperhatikan hal-hal yang sifatnya lahiriyah sejak anak masih kecil.
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma pernah menuturkan:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى صَبِيًّا حَلَقَ بَعْضَ شَعْرِهِ وَتَرَكَ بَعْضَهُ، فَنَهَى عَنْ ذَلِكَ وَقَالَ: «احْلِقُوهُ كُلَّهُ، أَوِ اتْرُكُوهُ كُلَّهُ»
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melihat seorang bayi yang sebagian sisi rambutnya dicukur habis, sedangkan sebagian yang lain dibiarkan. Maka beliaupun melarang hal tersebut, seraya bersabda, ‘Cukur habislah semua rambutnya, atau biarkan semua.`” (HR. Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah melakukan sesuatu kecuali yang penting. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah mengisi waktunya untuk melakukan aktivitas yang remeh-temeh. Ketika sebuah prilaku ditegur oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berarti itu hal yang penting.
Bahkan untuk memastikan model cukuran anak-anak, beliau sendiri mengawasi proses pencukuran mereka. Yakni saat beliau menjenguk putra-putra sepupu beliau; Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pasca wafatnya. Beliau bersabda:
ادْعُوا إِلَيَّ الْحَلاقَ، فَجِيءَ بِالْحَلاقِ فَحَلَقَ رُءُوسَنَا
“Tolong panggilkan kemari tukang cukur. Setelah tiba, tukang cukur tersebut memangkas rambut kami (anak-anak Ja’far)”. (HR. Ahmad)
Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua seharusnya peduli dengan penampilan rambut anak-anaknya. Kapan saatnya mereka dicukur, dan kapan belum. Lalu juga memastikan, apakah model cukuran mereka melanggar aturan agama atau tidak? Menyerupai gaya cukuran rambut non muslim atau tidak?
Selain cukuran rambut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memperhatikan pakaian anak. Memastikan agar tidak menyelisihi aturan agama. Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhu mengisahkan:
رَأَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيَّ ثَوْبَيْنِ مُعَصْفَرَيْنِ، فَقَالَ: «إِنَّ هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ فَلَا تَلْبَسْهَا»
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melihatku mengenakan dua pakaian mu’ashfar (pakaian yang dicelup dengan tetumbuhan ‘Ushfur sehingga menghasilkan warna merah kekuningan). Maka beliau bersabda, ‘Ini adalah pakaian orang-orang kafir. Janganlah engkau memakainya.`” (HR. Muslim)
‘Sekedar’ menyerupai warna pakaian orang kafir saja dilarang. Apalagi pakaian yang memuat simbol-simbol keagamaan mereka. Semisal salib, simbol Yahudi, gambar berhala atau dewa. Juga pakaian yang memuat tulisan-tulisan tidak bermoral, atau gambar yang memamerkan aurat. Ini semua dan yang semisal tidak layak dikenakan oleh muslim dan muslimah yang telah dimuliakan Allah dengan ajaran Islam.
Anas Radhiyallahu ‘Anhu menambahkan,
«نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَزَعْفَرَ الرَّجُلُ»
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang pria untuk mengenakan Za’faran (warna yang dihasilkan tetumbuhan Za’faran, biasanya dikenakan wanita).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan larangan memakai busana yang biasa dipakai lawan jenis. Pria tidak boleh mengenakan pakaian wanita, begitu pula sebaliknya. Juga tidak boleh memakai busana yang menonjolkan aurat. Sejak dini anak-anak perlu dididik dan diarahkan—dengan cara yang baik—untuk menghindari hal-hal terlarang tersebut. Guna mencegah munculnya penyimpangan orientasi seksual, semisal Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52074-memperhatikan-penampilan-anak/